Sejarah Anwarul Hasaniyyah (ANWAHA) Marindi Tabalong 71572 Provinsi Kalimantan Selatan

Penulis : Ustadz Muhammad Mu'arif, S.Pd. | Editor : Ustadz Misran, S.Pd.

Anwarulhasaniyyah.sch.id | SEJARAH ANWARUL HASANIYYAH MARINDI TABALONG -

Assalamualaikum Warrohmatullahi Wabarakatuh...

Sejarah Singkat semoga menjadi pengingat untuk sebuah Hikayat agar mendapatkan selamat Dunia dan Akhirat.

        Yayasan Pondok Pesantren Anwarul Hasaniyah atau yang dikenal dengan sebutan Anwaha berada di desa Marindi RT.01 Kecamatan Haruai Kabupaten Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan. Akses Menuju Lokasi Pesantren berjarak sekitar kurang lebih 30 Km dari Kota Tanjung Kabupaten Tabalong. Pendiri sekaligus pengasuh Pon-Pes Anwaha adalah Abina Al Ustadz Muhammad Ali Busthomi Al Qoriibaniy, S.Pd.I, M.Pd. beliau berasal dari daerah Tulung Agung Provinsi Jawa Timur. 

           Abina Al Ustadz Muhammad Ali Busthomi Al Qoriibaniy Beliau pernah belajar menjadi santri (mondok) di beberapa Pondok Pesantren, di antaranya Pon-Pes Darul Lughah Wadda’wah yang dikenal dengan sebutan DALWA di Jawa Timur, yang santrinya sekarang jumlahnya lebih dari dua puluh ribu santri. Beliau datang hijrah ke desa Marindi asal bermulanya mengikuti mertua untuk menengok keluarga yang sedang sakit di desa Marindi RT 01. Karena beliau agak lama tinggal di desa Marindi ini, masyarakat di desa itu mengetahui bahwa beliau lulusan Pondok Pesantren dengan begitu masyarakat beranggapan bahwa orang yang lulus dari Pondok Pesantren bisa semua yang berhubungan dengan agama, termasuk menyampaikan tarikh pembacaan manaqib, dari sanalah terjadi kegiatan dimana salah satu dari warga penduduk desa itu mengundang beliau untuk minta mengisikan acara pembacaan manaqib.

        Pembacaan Munaqib yang diminta yaitu Munaqib Syekh Muhammad Samman Al-Madani. Beliau awalnya sempat kaget karena manaqib Syekh Muhammad Samman Al-Madani ini kurang familiar bagi sebagian penduduk Jawa dan beliau belum pernah membaca manaqib Syekh Muhammad Samman ketika itu, bahkan itulah pembacaan manaqib Syekh Samman yang pertama kali beliau bacakan di hadapan orang banyak. Karena pembacaan manaqib Syekh Muhammad Samman ini terkenal di kalangan orang Banjar, bertolak belakang dengan orang Jawa seperti beliau kurang familiar dengan manaqib tersebut. Bagi orang Banjar manaqib yang sering dibaca adalah manaqib Syekh Muhammad Samman Al-Madani dan manaqib Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, karena ada hubungannya dengan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari atau yang dikenal dengan Datu Kalampaian. 

           Datu Kalampaian mempunyai Maha Guru yaitu Syekh Muhammad Samman Al-Madani dan Syekh Muhammad Samman Al-Madani mempunyai Maha Guru yaitu Syekh Abdul Qadir Al-Jailani. Oleh karena itu, orang Banjar mempunyai silsilah keilmuan dengan Syekh Muhammad Samman Al-Madani dan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani. Setelah masyarakat sekitar desa Marindi mengetahui akan keilmuan beliau, khususnya ilmu agama maka di antara mereka menitipkan anak-anak mereka untuk diajarkan Al-Qur'an, bahkan dengan keilmuan beliau yang luas sampai akhirnya sebagian masyarakat menitipkan anak mereka untuk diajarkan ilmu Agama dengan nginap di rumah Beliau. Santri yang dititipkan di rumah beliau inilah cikal bakal berdirinya Pondok Pesantren Anwarul Hasaniyyah (ANWAHA).

        Sekarang ini Pondok Pesantren ANWAHA santrinya sekitar kurang lebih 300 orang. Santri yang nginap belajar ilmu Agama di rumah beliau sekitar 10 orang. Seiring berjalannya waktu, akhirnya Abina Ustadz Muhammad Ali Busthomi Al Qoriibaniy dikenal di masyarakat Marindi dan di antara mereka ada yang menawarkan menghibahkan tanahnya untuk dibangun Pondok Pesantren. Dengan semangat dakwah beliau yang tinggi dan mempunyai jiwa yang kreatif dan inovatif, maka mulailah beliau membangun Pondok Pesantren pada tahun 2013 yang tempatnya sekitar 200 meter dari rumah mertua beliau. Santri yang tinggal di rumah beliau akhirnya dipindahkan ke Pondok Pesantren yang diberi nama Al-Hasaniyyah. Tanah yang dibangun Pondok Pesantren Al-Hasaniyyah ini asal mulanya adalah hutan dan menjadi sarang jin di kala itu. 

        Di awal-awal pembangunan ditempat itu sering jin menampakkan dirinya dan sering terjadi kesurupan. Setiap kali Abina keluar Pondok untuk keperluan lain, jin mulai mengganggu santri-santri pondok. Anehnya ketika Beliau datang, bahkan belum sampai pintu gerbang jin yang menggangu para santri tadi tunggang langgang lari kemudian hilang. Karena sering dibacakan Ratibul Haddad, Ratib Al Atthas dan Ratib-Ratib yang lainnya akhirnya jin-jin penunggu di tempat itu hilang. Pondok Pesantren Al-Hasaniyyah pada mulanya terbuat dari kayu. Kayu-kayu itu didapatkan sebagian hasil dari sumbangan pengusaha kayu (bansau) dari desa Kandu, sekitar 3 km dari desa Marindi. Setelah beberapa tahun maha Guru beliau yaitu Abuya Habib Zein bin Hasan Baharun dan Abuya Habib Segaf bin Hasan Baharun datang ke Pondok Pesantren Al-Hasaniyyah meresmikan Pondok tersebut. 

         Awal mulanya Pondok Pesantren ini diberi nama Al-Hasaniyyah, kemudian Abuya Habib Segaf Baharun merubah nama itu lewat bisyarah (khabar gembira) dengan nama Anwarul Hasaniyyah. Dengan adanya tambahan Anwarul yang artinya cahaya-cahaya semoga Pondok Pesantren Anwarul Hasaniyyah ini memancarkan cahaya-cahaya keilmuan dan cahaya-cahaya keberkahan yang bisa menerangi Desa Marindi khususnya dan Kabupaten Tabalong serta Provinsi kalimantan Selatan juga pulau kalimantan dan negeri Indonesia tercinta ini pada umumnya. Amin Ya Rabbal Alamin...

Wassalamualaikum Warrohmatullahi Wabarakatuh...